Surat Cinta untuk Ibunda
Semoga Allah senantiasa merahmatimu Wahai Ibu
Salam cinta penuh kasih dan rinduku hanya
untukmu ...
Detik masih terasa berdetak. Waktu seolah terus bergulir merangkai
begitu banyak kisah suka maupun duka. Tak terasa usiaku sudah beranjak 22
tahun. Aku mulai dewasa. Kuputar rekam jejak perjalanan kehidupanku dari masa
silam hingga sekarang. Hatiku terlena mengenang sengkarut
cerita-cerita itu. Ada bahagia yang bercampur sedih tatkala pandanganku terpaut
pada sosok yang begitu istimewa dalam hidupku, wanita terindah yang
pernah ada dan selalu ada dalam hatiku. Tak ada yang mampu menggantikannya
dalam relung hati dan pikiranku. Dialah Ibuku tercinta. Ibu. Aku lebih suka menyapamu dengan panggilan itu. Lidahku telah
terbiasa sejak kecil melontarkan kata itu jika hendak menyapa atau
memanggilmu. Ibu tahu kan, tak ada yang mengetahui batas usia seseorang. Sama
halnya denganku, tak ku sangka Tuhan begitu cepat memanggilmu. Tahukah Bu? Yang
membuat hatiku sedih adalah apa yang harus kukatakan kelak kepada Allah jika
aku belum bisa mengulas senyum bahagia di wajahmu. Aku sedih dan merasa tak ada
apa-apanya jika belum bisa membahagiakanmu di dunia yang singkat ini. Sesal
yang selalu menghantui di setiap kenangan itu. Ibu, melalui surat cinta sederhana ini, izinkanlah anakmu ini mencurahkan
begitu banyak rasa dalam dada. Rasa yang selama ini kadang berkecamuk tak
menentu. Namun juga kadang bergelora tak bertepi penuh cinta. Surat ini
kutulis untukmu seorang. Sosok tercantik dan teranggun yang selalu hadir dalam
hatiku. Kuharap Ibu tersenyum membacanya karena kutahu betapa besarnya cinta
Ibu padaku.
Wahai Ibuku yang lembut dan cantik hatinya..
Tak berhingga banyaknya syukur yang telah kupanjatkan kehadirat Ilahi Rabbi,
Tuhan yang Maha Rahman lagi Maha Rahim atas segala nikmat yang telah Dia
anugerahkan kepadaku. Ibu, kau adalah anugerah terbesar dari-Nya untukku. Kau
yang telah mengandungku selama sembilan bulan, melahirkanku, menyapihku selama
dua tahun hingga mendidik dan mengajariku berbagai hal serta membesarkanku
sehingga bisa seperti sekarang ini. Air mataku menetes mengenang masa-masa
terberat itu. Aku tak mungkin pernah bisa membalas segala yang telah Ibu
berikan untukku. Semoga Allah senantiasa merahmatimu dengan penuh cinta.
Ibuku yang begitu hebat, bacalah ini
...
Ibu, aku masih bisa merasakan hangat dan mesranya dekapanmu ketika aku masih
kecil. Bahkan hingga sekarang dekapan hangat cintamu itu masih terus kau
berikan. Dan itu yang sering membuatku merindukanmu. Ibu memang sungguh hebat
dan begitu luar biasa bagiku. Ketika aku masih kecil dan tak tahu apa-apa, Ibu selalu setia menjagaku saat
kutertidur di atas kasur dengan wajah lucu dan menggemaskan. Ibu selalu
mendendangkan lagu yang penuh harapan dan doa-doa sebagai pengantar tidurku.
Ibu terus menjagaku dan memastikan agar aku bisa menikmati mimpi-mimpi kecilku
dengan nyaman. Meskipun waktu tidur Ibu sering terusik oleh jeritan-jeritanku
di tengah malam karena kehausan. Tak hanya itu, Ibu membersihkan kotoranku,
memandikanku, menyisir rambutku hingga mengenakan pakaian yang bagus dan bersih
untukku. Begitu banyak hal yang telah Ibu lakukan untukku hingga kini
kuberanjak tumbuh dewasa dan menjadi laki-laki mandiri menurut Ibu. Semuanya
tak mampu kulukiskan satu per satu. Ibu tak pernah mengeluh melakukan semua
itu. Satu hal yang kutahu pasti, pengorbanan Ibu begitu ikhlas penuh cinta
untukku. Ibu begitu hebat dalam hidupku.
Ibuku sayang, aku tak bisa hidup tanpamu
...
Aku tahu Ibu begitu sayang dan cinta sepenuh hati padaku. Walaupun dulu ketika
aku masih SD, aku begitu bandel dan tak mau mendengar nasihat dan perintah Ibu.
Aku tahu itu salah. Tapi itu kulakukan karena aku belum mengerti banyak hal
meskipun aku saat itu sudah duduk di bangku kelas lima. Jujur aku benci jika
harus mendengar suara menggelegar Ibu ketika memarahi atau membentakku.
Kepalaku seperti mau pecah. Batinku selalu menggerutu tak karuan ketika
mendengar suara Ibu yang berisik. Namun, kini kusadar bahwa ternyata semua itu
sangat berharga bagiku. Seiring dengan usiaku yang lambat laun terus bertambah,
kini pikiranku sudah mulai terbuka. Aku sudah tahu mana yang baik dan mana yang
buruk. Itu semua berkat doa dan didikanmu. Sekarang Ibu sudah bahagia di
surga. Aku rindu dengan kata-kata Ibu dulu jika memarahiku yang kini sama
sekali tak pernah kudengar lagi.
Ibuku yang kucintai, mendekatlah dan
dengarlah bisikan hatiku ini ...
Jika ada yang menanyakan siapakah wanita paling sempurna dalam hidupku, tanpa
berpikir panjang akan langsung kupekikkan dengan lantang namamu yang indah.
Biar semua orang tahu bahwa aku punya Ibu yang hebat dan luar biasa sepertimu
dalam hidupku. Aku sangat menyayangimu Ibu. Sungguh masih begitu banyak pengorbanan-pengorbanan tulus yang telah Ibu
berikan dengan cucuran keringat dan airmata untukku. Akan tetapi, apa yang
pernah kuberikan untukmu Ibu. Aku belum bisa membalas satu pun pengorbananmu.
Aku belum bisa menjadi pendengar dan teman bicara yang baik untukmu. Aku belum
bisa membiarkanmu duduk bersantai tanpa pekerjaan sedikit pun. Aku juga belum
bisa memasak masakan yang lezat untukmu seperti lezatnya makanan yang Ibu
suguhkan padaku. Aku tak mampu melayani Ibu seperti Ibu melayaniku sewaktu
kecil. Terima kasih Ibu telah membaca surat cintaku ini. Terimalah ungkapan cintaku
yang tulus yang tak mampu kuurai secara langsung. Sekali lagi ingin kutegaskan,
aku menyayangimu Ibu.
0 comments
Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^